Kisah Hidup Ku (Seri 1)

ENDONESIA | Monday, November 10, 2008 | 1 komentar

Seri 1: Malam yang menegangkan dan membingungkan
Oleh: Purwaning Baskoro


Dok, dok, dok……Pak Hasnan, Pak Hasnan…… buka pintunya Pak, ada tamu….Dok, dok, dok , Bu Hasan …. Bu Hasnan……… Bu …ada tamu buka pintunya…… Dok, dok, dok Pak..Bu…. buka pintunya ada tamu. Yang aku ingat pada saat itu kondisi rumah sangat gelap karena Bapak selalu mematikan lampu dikala sedang tidur, dengan alasan menghemat minyak, namun ada sedikit cahaya masuk dari lubang – lubang gedek dari dinding rumah sehingga aku masih bisa melihat kondisi di dalam rumah. Aku melihat Bapak berdiri disamping tempat tidur. Tempat tidur kita saat itu bertingkat terbuat dari besi tua, aku dan adik ku yang bernama Aji tidur di atas, dan ke dua kakak ku Wiwi dan Ani tidur di bawah, sedangkan Bapak dan Mama tidur di lantai.

Seperti gempa bumi, semakin lama aku semakin takut, karena rumah yang terbuat dari kayu, triplek dan gedek di gedor - gedor oleh banyak orang, membuat rumah menjadi bergetar seakan mau roboh. Aku hanya melihat Bapak yang memberikan tanda dengan cara meletakkan telunjuknya di mulutnya pertanda harus diam dan jangan bergerak. Memang tempat tidur ku saat itu jika bergerak sedikit, bunyinya sangat berisik seperti tikus mengerat dengan suara keras, wajarlah tempat tidur tua dari besi.


Aku hanya diam penuh rasa takut dan bingung, bayangkan saja rumah di gedor banyak orang karena ada tamu, tapi Bapak tidak mau membukakan pintu, dan semakin lama gedoran semakin keras, dan bahkan saya sempat melihat ada yang berusaha membuat lubang di dinding gedek, mereka semakin lama semakin merusak tapi untung tidak sampai rusak besar. Aku yang saat itu masih SD duduk di kelas 4, merasa bingung kenapa mereka sampai berani melakukan hal itu ?, apa salah Bapak dan Mama ? Kenapa mereka membangunkan Bapak dan Mama seperti halnya menggedor rumah maling ? aku kenal sekali suara – suara yang memanggil Bapak dan Mama adalah suara Pak RT dan tetangga ku juga, namun mengapa mereka semangat sekali membangunkan Bapak dan Mama hanya karena seorang tamu. Aku jadi berpikir sebenernya siapa tamu tersebut? Apakah pejabat yang datang? “Ah gak mungkin,” pikir ku dalam hati memang Bapak ku siapa, tukang taman kok di datangi pejabat.

Kira – kira lima belas menit berlalu, suara gaduh diluar rumah menjadi sunyi, sepertinya mereka putus asa, secara perlahan sepertinya mereka satu persatu pergi. Sampai orang terakhir yang berusaha membuat lubang di dinding gedek juga pergi. Aku mencoba bergerak untuk melihat Bapak, menunggu petunjuk apa yang harus aku lakukan. Ternyata Bapak menyuruhku untuk tidur kembali, aku berusaha bertanya “siapa Pak ?”, namun Bapak malah menyuruh ku untuk tidur.

Keesokan paginya, kita sekeluarga terbiasa bangun subuh dan sholat subuh bersama. Biasanya setelah sholat subuh Bapak selalu membuka pintu dan jendela agar udara di dalam rumah berganti dengan udara yang segar dari alam yang sejuk. Dan Mama biasanya langsung mencuci, dan memasak nasi, sedangkan kita bergantian mandi. Biasanya yang mandi duluan adalah Kakak saya soalnya mereka perempuan mandinya agak lama, dan selanjudnya saya dan adik saya. Setelah mandi kita langsung sarapan, kira – kira pukul 06.00 pagi biasanya kita langsung berangkat sekolah, maklum karena kita berjalan kaki, dan perjalanan bisa memakan waktu setengah jam, kita berangkat lebih awal, sehingga masih ada waktu untuk istirahat sekitar tiga puluh menit, karena masuk ke kelas pukul 7.00 pagi.

Namun pada hari itu, semuanya berbeda. Setelah sholat subuh, mandi dan sarapan kita tidak boleh berangkat dulu, kata Bapak berangkatnya tunggu terang. Sedangkan Bapak yang biasanya membuka pintu dan jendela tidak membukanya serta mama yang biasanya mencuci di luar karena tempat cucian diluar, tidak boleh mencuci dulu. Aku jadi tambah bingung, begitu juga kakak dan adik ku. Kita semua menurut saja apa kata Bapak. Selama menunggu kami semua duduk di ruang depan, kami semua duduk di lantai beralaskan tikar pelastik, maklum dirumah tidak ada kursi apalagi sofa yang empuk, sedangkan mama sudah sibuk di dapur. Kakak ku duduk ala wanita dengan kaki dilipat ke samping sambil membaca buku pelajaran sebab saya tahu dia mau ujian siang ini. Sedangkan Aji duduk sambil kedua kakinya dilipat ke depan sehingga dia bisa memeluk kedua dengkulnya. Aku hanya duduk sila biasa sambil melihat Bapak. Bapak duduk bersimpuh dengan posisi badan tegak, namun terkadang dia menunduk. Saya memperhatikan dalam pancaran matanya seakan memandang sesuatu yang jauh yang seakan – akan dia tunggu kedatangannya.

Sampai akhirnya sekitar jam 6.30 karena sudah terang kita baru bisa diijnkan keluar dan berangkat sekolah, “Yak, kalau mau jalan silahkan.” Kita pun langsung melompat berpamitan. Untunglah aku masih bisa sekolah, tadinya khawatir jika Bapak melarang sekolah.

Setelah pamit dan mencium tangan Bapak dan Mama, kita langsung berangkat bersama. Saya, dan kedua kakak saya Ani dan Wiwi kebetulan sekolah di tempat yang sama sehingga kami berangkat selalu bersama, sedangkan adik saya Aji sekolah di tempat lain dan masuk siang. Jadi hanya Aji serta Bapak dan Mama yang berada di rumah. Pada saat kami keluar banyak tetangga yang menanyakan kenapa semalem gak buka pintu ?, kenapa semalem gak keluar?. Kita bertiga hanya tersenyum saja tanpa menjawab satu patah kata pun. Saya sempat mendengar Mama ngobrol dengan tetangga dan menjelaskan kenapa semalem tidak keluar, namun karena sedang buru – buru saya tidak mendengar jelas pembicaraan mereka, yang saya ingat sewaktu menunggu antrian madi pagi Mama menanyakan bagaimana jika tetangga bertanya

“Pa, nanti bagaimana aku njelasin sama tetangga kalau ada yang tanya ?”

“Kalau ada yang nanya, bilang saja, kata Pak Hasnan tidak menerima tamu di atas jam 9.00 malam!, kamu gak usah ngalor ngidul menjelaskannya”

Pada saat itu Mama terlihat bingung dengan jawaban Bapak, seakan – akan tidak menjawab kebuntuan didalam pikiran Mama. Semalam sudah bingung paginya terlihat lebih bingung karena harus menjadi juru bicara keluarga kalau tetangga bertanya. Pagi itu walau pintu dan jendela sudah terbuka, Bapak tetap tidak beranjak dari duduknya sambil bersimpuh dan menghadap ke luar pintu.

Sepanjang jalan ke sekolah kita saling bertanya ada apa yah ? apa yang telah dilakukan oleh Bapak dan Mama sehingga semua orang menggedor rumah. Selama diperjalan kita pun yang biasanya bercanda, menjadi diem dan langkah kita pun tanpa kita sadari semakin dipercepat, sehingga kami keringatan semua. Kita sepakat pulang sekolah nanti untuk segera pulang, karena di batin kami sangat khawatir dengan kondisi Bapak dan Mama di rumah.

Kriiiiingggg………………. Bel sekolah tanda masuk berbunyi, “Duh alhamdulilah tidak terlambat. Hari ini adalah pelajaran agama islam, jujur pelajaran ini paling saya sebelin, soalnya saya tidak suka dengan gurunya. Saya sering ngedumel tentang sikap guru agama ini, karena apa yang diajarkan dengan sikapnya tidak sesuai,dan apa yang dia jelaskan tidak pernah menjawab pertanyaan batin saya. Memang sejak kecil saya sering mimpi yang aneh – aneh yang mebuat saya bertanya – Tanya. Saya meyakini bahwa mimpi saya itu memiliki makna. Namun setiap saya bertanya tentang mimpi selalu saja dipelesetkan oleh Pak Rahman, sehingga saya jadi kesal.

Pak Rahman, itulah namanya. Orangnya disiplin dan galak, tinggi kurus, agak bungkuk, warna kulitnya putih, matanya agak sipit walaupun bukan orang cina, dia asli orang Jakarta, saya biasa menyebutnya orang betawi, soalnya gaya bicaranya masih kental ala betawi. Dengan peci warna hitamnya serta jenggot yang panjang namun tidak lebat, tanpa kumis setiap pagi selau patroli keliling sekolah, memeriksa tiap kelas yang belum bersih, jika menemukan kelas yang belum bersih kenalah akibatnya, ceramah tanpa jadual akan digelar…”Kebersihan itu adalah sebagian dari iman…..itu adalah sunah Nabi……bla, bla, bla……..” Gerrrr….sebagian anak tertawa mendengar ceramah itu, dan meledak “Mang Enak……..” dan bahkan karena setiap pagi sering mendengar ceramah hal yang sama dan kalimat pembukanya pun juga sama, sebagian anak ada yang mengikuti ucapan Pak Rahman sambil bergaya seperti Pak Rahman, dan itu membuat anak – anak lain tertawa terbahak – bahak. Sedangkan murid yang terdapat di kelas itu, langsung lompat membersihkan apa yang bisa dibersihkan, walaupun mereka bukan petugas piket pagi. Namun karena berharap ceramah tanpa jadual ini cepat berhenti mereka rela saling membantu. Yah, ada baiknya juga kedisiplinan dan kegalakan Pak Rahman, soalnya anak yang tadinya males, bisa mendadak rajin seketika. Dan selain itu Pak Rahman terkenal dengan malaikat penjaga gerbang sekolah, soalnya setelah memeriksa kelas, dia langsung berdiri di gerbang sekolah memantau murid – murid yang pagi – pagi sudah nongkrong dan jajan di pinggir jalan. Alasan dia, karena tidak disiplin, “ datang ke sekolah itu langsung masuk ke kelas, bukannya nongkrong di pinggir jalan.” Begitulah kata Pak Rahman

Selama di kelas aku tidak konsen dengan pelajaran, karena pikiran selalu menuju ke rumah membayangkan apa yang sedang terjadi dan berdoa semoga tidak terjadi apa – apa.

Bukk…… “aduh !” Teriak ku sambil mengipas – ngipas debu kapur yang berterbangan di muka ku. Muka dan rambut ku mendadak putih seketika karena lemparan pengapus busa papan tulis.

“Bagas ! apa yang kamu pikirin?!”; “Pagi – pagi dah bengong ,ayam tetangga saya mati gara – gara nyebarang jalan sambil bengong” ; Gerrrr……semua anak di kelas pada tertawa. Itulah yang saya kurang suka dari Pak Rahman, sebab kalau ngomong itu tidak disaring, saya dibandingkan dengan ayam saja masih bersyukur.

“maju berdiri di depan !”

“Yah Pak jangan dong……” Aku berusaha menawar dengan ekspresi melas berharap dikasihani

“Maju ! gak ada tawar menawar emangnya di pasar apa, salah sendiri kenapa tidak memperhatikan, mungkin kalau di depan kamu bisa lebih memperhatikan !”

Akhirnya berdiri juga di depan, memang Pak Rahman tidak mengenal kata negosiasi, bahkan nilai ulangan saja tidak ada kata perbaikan.

Saat itu sedang membahasa tentang rukun iman. Pak Rahman sedang membahas tentang surga dan neraka. Sambil berdiri saya terus mendengarkan, sebab pembahasan hari ini lumayan menarik. Dalam penjelasan Pak Rahman, neraka itu sangat menyeramkan, dan menakutkan sedangkan surga sangat menggiurkan. Pak Rahman dalam menjelaskan Surga itu bak, sebuah negeri dongeng yang begitu indah, sungai mengalir air susu , madu dan sungguh manis rasa dalam bayangan saya, tanpa saya sadari saya nyelutuk “banyak semut dong Pak ……” Gerrrrr….. anak – anak pun tertawa , untung saat itu sudah mau selesai dan bunyi bel pergantian pelajaran terdengar akhirnya saya selamat.

Akhirnya aku pulang lebih awal, soalnya kakak ku pulangnya lebih sore sebab kelas 5 dan 6 pulang sekitar jam tiga an, sedangkan saya jam 12 siang sudah pulang. Segera saya lari menuju kerumah, sesampai di rumah, suasana di rumah biasa – biasa aja namun sepi, duh syukurlah dalam hati kecil ku, tidak nampak ada tanda – tanda bekas kegaduhan. Aku berusaha mencari Mama, “Ma…….Assalamualikum……” di dalam rumah tidak ada siapa – siapa, aku berusaha mencari ke tempat cucian juga tidak ada, “waduh…pada kemana yah…..?” Mendadak aku mendengar ada yang datang, aku langsung berlari menuju depan, akhirnya aku menemukan Mama, yang ternyata baru datang dari warung dengan membawa belanjaan. Aku langsung memeluknya dan mencium tangannya. Sambil menguntit ke dapur aku bartanya

“Ma…gak ada kejadian apa – apa lagi kan pagi tadi?” Tanyaku dengan ekspresi kelaparan sambil menyopot baju dan sepatu,

“Gak ada, sudah gak usah dipikiri ! ini urusan orang tua, tugas kamu yang harus dipikirin adalah belajar! “ Mama menjawab dengan tegas, sambil meyiapkan makan siang ku, maklum bukannya aku anak manja tapi karena makanan harus dibagi, agar kakak ku jika pulang nanti masih kebagian.

Sampai hari – hari berikutnya aku berusaha mencari tahu, namun tidak pernah menemukanjawaban tentang kejadian semalam itu, yang sempat aku dengar dari omongan tetanga dan Aji adik saya kebetulan dia masuk siang jadi mengetahui apa yang terjadi setelah saya dan kakak saya pergi.

Ternyata pada saat saya dan kakak saya pergi, tamu semalam datang lagi, kata adik ku, ada 2 atau 3 orang dan membawa Bapak naik Jip, entah siapa dia, semua orang tidak ada yang tahu dan yang aku dengar dari kakak ku katanya Bapak di turunkan di daerah perumahan Pondok Indah, dan jalan kaki pulang ke rumah.

Bersambung...

Category: ,

About GalleryBloggerTemplates.com:
GalleryBloggerTemplates.com is Free Blogger Templates Gallery. We provide Blogger templates for free. You can find about tutorials, blogger hacks, SEO optimization, tips and tricks here!

1 comment: